Fenomena jejaring sosial Facebook dan twitter tidak hanya memberikan
dampak yang baik menuju tatanan dunia baru yang menghubungkan manusia
dari berbagai negara lain secara mudah, tapi juga memberikan efek yang
negatif terhadap perilaku manusia itu sendiri. Salah seorang ilmuwan
mengatakan bahwa para pengguna Facebook dan twitter diduga sebagai
orang yang mengalami krisis identitas karena haus akan perhatian secara
terus menerus dari para pengguna lainnya. Yang berakibat sebagai orang
orang yang narsis di media sosial.
Pengguna
sosial media seperti Facebook dan Twitter dikhawatirkan menderita
semacam krisis identitas. Demikian pendapat ilmuwan dari Universitas
Oxford yang meneliti fenomena sosial ini.
Menurut Baroness Greenfield, Facebook dan Twitter telah menciptakan
generasi yang terobesesi dengan dirinya sendiri. Facebookers dan
Tweeps, menurut dia, punya keinginan untuk mendapat perhatian terus
menerus.
Keinginan ini ia setarakan seperti keinginan bayi terhadap perhatian
ibunya. "Mereka layaknya bayi," kata Greenfield yang merupakan profesor
farmakologi.
Ia jelaskan, pesatnya pengguna Facebook dan Twitter serta game online
berdampak pada otak manusia. Ia menyebut hal ini sebagai 'rewire the
brain'. Dampaknya ternyata ada sisi negatif, yaitu mengurangi
konsentrasi, keinginan untuk mendapat 'gratifikasi', minim pengembangan
non verbal seperti membuat kontak mata saat berkomunikasi.
"Yang juga jadi perhatian saya adalah banalitas para pengguna twitter.
Mengapa seseorang harus tertarik pada, misalnya, menu sarapan orang
lain? Ini mengingatkan saya pada anak kecil yang mengatakan 'Lihat Bu,
aku melakukan ini'," kata Greenfield.
"Ini membuat mereka, sepertinya, mengalami krisis identitas dan otaknya
terpengaruh," sambung dia. Ia tambahkan, sejumlah pengguna Facebook
merasa dia menjadi selebritas mini yang harus diamati dan dikagumi oleh
pengguna lain. Para pengguna itu melakukan sesuatu karena hanya
berdampak di Facebook dan itu bisa mendefinisikan diri mereka dan
'pengikutnya'.
"Seperti orang yang hidup di dalam dunia yang tidak nyata. Dunia yang
hanya memperhitungkan apa yang orang lain pikirkan terhadap Anda jika
mereka bisa meng'klik' Anda," jelas dia.
Pendapat Greenfield juga diamini pengarang Sue Palmer. Menurut Sue,
kaum remaja perempuan melihat diri mereka dalam Facebook layaknya
komoditas yang harus dijual ke orang lain.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar:
hai shobat........ jangan lupa untuk memberikan komentar anda !!!!
Terima kasih,atas waktunya untuk berkunjung ke dunia-fb.blogspot.com
terima kasih